Sumber Kesaksian: Robin Sinaga
Saya mengalami sakit lumpuh di tahun 1973. Saya tidak mengerti mengapa saya harus mengalami kelumpuhan ini. Suatu ketika di pagi hari saat saya sedang berjalan tiba-tiba saya terjatuh, saat itu rasanya tubuh saya ini seperti tidak mempunyai tulang lagi. Saya seperti daun yang rontok begitu saja. Mengalami hal seperti itu, saya langsung menjerit dan minta pertolongan. Saya tidak mengerti mengapa badan saya ini tiba-tiba bisa lunglai begitu, apa yang terjadi dengan badan saya ini?.
Orang tua Robin kemudian membawa Robin ke dokter. Orang tua saya kuatir dan takut tentunya. Dokter lalu memeriksa saya, memeriksa darah, memeriksa semuanya, tapi hasilnya bagus. Dari hasil pemeriksaan semua keadaan tubuh saya, tidak ditemukan hal yang salah atau kurang menurut dokter. Begitu juga saat saya pergi ke dokter lainnya, tidak ditemukan adanya kelainan. Hanya saja ketika saya pergi ke dokter ahli syaraf, dia menganjurkan saya untuk dipijat saja, tapi itupun tidak menolong apa-apa.
Melihat kondisi anaknya yang makin parah, orang tua Robin memutuskan membawa anaknya ke dukun.
Kemudian saya dibawa ke orang-orang pintar dan dukun. Tapi dari mereka juga saya tidak mendapatkan kesembuhan malahan penyakit itu semakin sering untuk kambuh. Bila kambuh, lumpuh pada badan ini bukan hanya terjadi satu atau dua hari saja, bahkan kadang-kadang bisa mencapai lima hari. Hal itu saya alami selama bertahun-tahun.
Sementara itu Robin merasakan hidup ini seperti seorang bayi yang harus dipapah dan ditolong bila ia bergerak kemana-mana. Bukan hanya kelumpuhan, Robin juga merasakan kepekaan yang sangat pada sekujur kulit di tubuhnya.
Saya sangat menderita. Kalau mau keluar saya harus dibopong atau dipapah. Kalau saya mau buang air besar maka badan saya harus dipegangi, tidak bisa didudukkan begitu saja. Semua otot saya baik pinggang itu tidak berfungsi sama sekali. Selain itu kulit saya juga menjadi sangat sensitif dan peka. Pasir yang sangat halus sekalipun bila mengenai kulit rasanya kulit saya ini seperti ditoreh-toreh. Tempat tidur saya harus bersih dari butiran-butiran yang sangat halus sekalipun. Kulit saya ini rasanya sangat sensitif sekali.
Lengkap sudah penderitaan yang dialami Robin Sinaga. Saya sudah tidak punya pengharapan untuk hidup lebih baik lagi. Padahal waktu itu saya masih muda, masih punya potensi banyak dan masih punya angan-angan yang tinggi. Saya saat itu baru saja tamat SMA dan baru berkuliah.
Di tengah-tengah keputusasaannya itulah orang tuanya membawa Robin ke seorang hamba Tuhan.
Setelah sepuluh tahun saya mengalami penyakit itu dan saya menjadi putus asa, saat itulah orang tua saya datang dan menanyakan pada saya, kemanakah mereka dapat membawa saya demi kesembuhan yang ditunggu-tunggu itu. Saat itu saya sudah pasrah dan saya katakan terserah pada orang tua saya saja kemana mereka hendak membawa saya, saya sudah tidak mempunyai pengharapan lagi. Saya sudah putus asa. Orang tua menanyakan bagaimana jika saya dibawa ke pendeta saja untuk dilayani dan didoakan?. Saya katakan bahwa semua keputusan ada di tangan orang tua saya, terserah mereka saja.
Tapi kemudian setelah saya dilayani dan didoakan oleh seorang hamba Tuhan, timbul iman dalam hati saya. Memang pada waktu itu penyakit saya tidak langsung sembuh. Ketika saya sampai di rumah saya mulai membaca Alkitab walaupun saya membaca sambil berbaring. Saya menemukan satu nats dalam Alkitab, dalam kitab Yakobus pasal 5:17 yang mengatakan bahwa Elia itu adalah manusia biasa walaupun dia nabi. Saya berpikir bahwa sayapun manusia biasa sama seperti Elia yang berdoa itu. Saya berpikir bahwa sayapun bisa berdoa seperti Elia itu. Sayapun mulai berdoa kepada Tuhan. Saya percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan dan tidak ada yang mustahil bagi Dia. Malam itu saya dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah.
Keesokan harinya, sesuatu telah terjadi. Robin merasakan sesuatu yang berbeda dalam tubuhnya yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Besok paginya saya bangun dengan sesuatu yang berbeda!. Saya mulai menggerakkkan badan saya, saya duduk lalu bangkit berdiri, semua mampu saya lakukan. Saya melompat dan saya ternyata bisa!. Saya yakin saat itu saya sudah sembuh!. Saya memuji Tuhan, bersyukur dan menangis di hadapan Tuhan. Saya katakan bahwa hidup saya ini adalah milik Tuhan semata. Saya ingat bahwa kesembuhan itu terjadi di bulan Oktober 1982, sepuluh tahun setelah saya terkena penyakit ini. Sejak saat itulah saya sembuh sampai sekarang. Setelah itu saya dapat berkuliah dengan bergairah dan akhirnya dapat menyelesaikan studi saya.
Bagi Robin yang menyembuhkannya secara total hanyalah satu pribadi. Setelah kami memakai segala daya upaya baik medis maupun ilmu-ilmu perdukunan dan mistik tidak membawa suatu pertolongan bahkan penyakit saya semakin hari semakin berat. Tapi setelah saya datang pada Yesus dan didoakan dan saya mengakui dosa saya, saya merasakan kasih Tuhan dan mengalami kesembuhan atas segala penyakit saya. Luar biasa Tuhan Yesus itu karena Dia menyembuhkan saya sampai sekarang, Haleluya.
Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain (Yesaya 45:5-6)